
BSI Dorong Inklusi dan Keuangan Berkelanjutan Lewat Forum Ekonomi PBB
Jakarta, 29 April 2025 – Bank Syariah Indonesia (BSI) kembali menegaskan komitmennya terhadap pembangunan global dengan mewakili Indonesia dalam forum internasional United Nations ECOSOC Forum on Financing for Development (FFD) yang berlangsung di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat. Forum ini menjadi bagian dari rangkaian menuju Konferensi Internasional Keempat tentang Pembiayaan untuk Pembangunan (FfD4) yang akan digelar pada Juni–Juli 2025 di Spanyol.
Dalam forum tersebut, BSI menyampaikan kontribusi sektor keuangan syariah terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Direktur Keuangan & Strategi BSI, Ade Cahyo Nugroho, menjelaskan bahwa nilai-nilai dasar keuangan syariah seperti inklusivitas dan keadilan menjadikannya relevan dalam konteks pembangunan global.
“Prinsip-prinsip yang ada di keuangan syariah sangat sesuai dengan cita-cita pembangunan global, yang memperjuangkan manfaat ekonomi riil dan keberlanjutan. Prinsip-prinsip tersebut menumbuhkan semangat untuk saling menguntungkan, yang didukung oleh kerangka etika dan dampak sosial dan lingkungan yang kuat. Selain itu, prinsip-prinsip ini memprioritaskan transparansi, yang menjadikan keuangan syariah bukan sekadar pilihan finansial, melainkan juga komitmen untuk masa depan yang lebih adil dan bertanggung jawab,” kata Cahyo.
BSI terus memperkuat kontribusinya terhadap agenda keberlanjutan Indonesia melalui berbagai langkah, mulai dari kampanye Green Business Culture, pemantauan emisi karbon lewat Digital Carbon Tracking, hingga pembiayaan berkelanjutan untuk UMKM, produk hijau, dan energi terbarukan. Bersama Bappenas, BSI juga mendorong pemanfaatan Green Zakat sebagai bagian dari ekosistem Islamic finance yang mendukung pembangunan berwawasan lingkungan.
“Selain itu, BSI juga mengumumkan keanggotaan terbaru dalam United Nations Environment Programme Finance Initiative (UNEP FI), yang memperkuat komitmen BSI dengan menandatangani Principles for Responsible Banking. Bersama-sama, kita membayangkan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” paparnya.
Dalam menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), BSI berpegangan pada tiga pilar utama: sustainable banking, sustainable operation, dan sustainable beyond banking. Pilar ini meliputi berbagai inisiatif mulai dari penguatan tata kelola, digitalisasi layanan, perlindungan data pribadi, hingga optimalisasi distribusi zakat, infaq, sedekah, dan wakaf (ZISWAF).
Untuk mendukung agenda tersebut, BSI mengembangkan instrumen keuangan syariah berkelanjutan seperti Sustainability Sukuk dan Green Zakat Framework, yang telah memberikan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan secara nyata.
Sustainability Sukuk, misalnya, telah mencatat dampak signifikan melalui penyediaan 152 fasilitas kesehatan, 78 fasilitas pendidikan, akses layanan kesehatan bagi lebih dari 168.000 orang, peningkatan kualitas pendidikan untuk 80.000 siswa, dan penyediaan 148.000 MWh energi bersih yang berkontribusi pada pengurangan 130.000 ton CO₂e. Selain itu, sukuk ini juga membantu pembangunan 28.000 rumah yang memberi manfaat kepada 84.000 orang dengan akses air bersih, serta diperkirakan dapat mencegah emisi hingga 45 juta ton CO₂e.
Sementara itu, Green Zakat dikembangkan bersama UNDP dan BAZNAS untuk menjadikan zakat sebagai instrumen yang tak hanya mengentaskan kemiskinan, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan.
“Keuangan syariah menjadi kekuatan penting dalam pembangunan ekonomi nasional Indonesia dan memberikan kontribusi substansial bagi pembiayaan dan sosial. Peran penting ini ditampilkan dalam Kerangka Pembiayaan Nasional Terpadu, Asta Cita, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025-2029, dan Rencana Induk Keuangan Islam Indonesia. Ini diwujudkan dalam kebijakan yang dibentuk oleh peraturan keuangan berkelanjutan,” tutup Cahyo.
Dukungan pemerintah terhadap kehadiran BSI dalam forum internasional ini disampaikan oleh Direktur Pendanaan Multilateral Bappenas, Agustin Arry Yana, yang menilai BSI sebagai representasi tepat dalam menunjukkan ketahanan dan daya adaptif ekonomi syariah Indonesia di mata dunia.
“Kami melihat kiprah dan pencapaian BSI selama ini di sektor perekonomian syariah menjadikannya cocok sebagai representasi Indonesia di forum UN ECOSOC ini. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan semangat Asta Cita dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto,” ujarnya. (Redaksi)